Cerpen 5 Hari Untuk Rania

Hai sobat RRHP's blog ! hari ini aku mau ngepost sebuah cerpen karya ku sendiri, mungkin masih agak acak-acakan ya maklum baru belajar nih, yaudah langsung aja nih.. "happy reading :)"


                            " 5 Hari Untuk Rania"
                                                             Karya : Regata Ringga Hanessa Putry
 
          Sudah 5 tahun aku mengembara di negara yang sebesar ini untuk mengejar sebuah mimpi besar yang sangat aku impikan. Ingin sekali rasanya aku pulang, tapi mimpi yang memaksa ku untuk tetap disini, aku tak mau pulang sebelum semua mimpiku tercapai. Seperti biasanya, pukul 4 waktu setempat aku sudah harus bersiap-siap untuk ke kampus. Walaupun study ku baru dimulai pukul 7, disini aku memang dibiasakan untuk datang in time tak seperti di Indonesia semuanya jam karet. 

" Rania, come on. Its time to breakfast" ucap ibu asuhku selama disini. Ya semacam ibu kost tapi beliau lebih perhatian dibanding ibu kost, ya selama ini aku sudah menganggapnya seperti Ibuku selama di Jepang.

         Pukul 6 aku sudah harus berangkat , kukayuh sepeda ku dengan kencang karena memang jarak dari rumah ke kampus cukup jauh. Disini aku dibiasakan untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi bermotor, tak heran disini udaranya sangat sejuk tak ada polusi seperti di Indonesia. Ini merupakan semester terakhirku disini, leganya karena setelah aku menyelesaikan studyku aku bisa kembali ke Indonesia. Setelah aku sampai di kampus, dosenku memberikan pengarahan tentang penelitian tugas akhir, betapa terkejutnya aku saat mengetahui bahwa penelitian ini tidak boleh dilakukan di Negara Jepang.
"Indonesia" negara yang langsung terlintas difikiranku setelah mendengar itu.
         Ya hari ini aku pulang, pulang ke tempat aku dilahirkan, aku dibesarkan. Karena tugasku disini bukan untuk berlibur atau bersantai, aku langsung memulai penelitianku. Aku memulai observasiku dari Rumah Sakit Umum Daerah, aku menemukan banyak penderita Kanker seperti kanker payudara, kanker otak, kanker tenggorokan bahkan kanker serviks. Aku memulai observasi dengan mendatangi seorang penderita kanker otak. Namanya Sarah umurnya baru 10 tahun tapi dia sudah menderita kanker otak stadium 3, aku mulai mengintrogasi dia tentang kanker yang dideritanya. Karena umurnya baru 10 tahun memang dia belum terlalu mengerti tentang penyakitnya.
" Rania.." panggil seseorang dari balik pintu.

" Iya, " ucapku sambil membalikkan wajahku.

" Apa kabar? Kamu masih ingat aku?" ucap lelaki yang wajahnya sangat familiar.

" Tentu saja Gio, aku sangat mengenalimu" ucapku sambil tersenyum

 Lalu Gio mengajakku mengobrol di taman Rumah Sakit.
" Ohh, jadi sekarang kamu kuliah di UGM toh, ciee calon arsitek " 

" Hehe iya apaan sih calon dokter" ucapnya sambil mencubit tanganku.

" Heh apaan sih cubit-cubit "

" Kamu udah ga se empuk dulu ya? Kan kamu mau penelitian kan, gimana kalo aku bantuin kamu biar cepet 
jadi 5 hari bisa selesai. Tapi ada syaratnya "

" Boleh sih, jadi aku bisa cepet lulus. Syarat apa coba? "

" Pokoknya kalo penelitian kamu berhasil, kamu harus turuti permintaan aku ya? Janji "

" Hhmm, yang penting jangan suruh aku bunuh diri :v, hehe becanda. Tapi kalo ga berhasil gimana? "

" Oke aku bakal turutin semua yang kamu mau, bahkan kalo disuruh nabrakin diri ke kereta aku mau deh"

" Haha oke deal! "

        Hari pertama, Gio mengajakku ke Rumah sakit bersalin, aku sempat bingung mengapa Gio mengajakku ke Rumah sakit bersalin. Apa hubungannya penelitian aku dengan RS. bersalin. 

 " Ehh Gio ngapain kita kesini?"  tanyaku penasaran.

 " Rania bawel, ikut aja deh pokoknya! " ucapnya sambil menarik tanganku.

 Gio mengajakku ke ruangan bersalin, disana banyak sekali bayi.
 " Berawal dari sini" ucap Gio

" Maksudnya apa Gio? Aku ga ngerti sumpah " Tanyaku penasaran

" Ahh Rania katanya kamu mahasiswi kedokteran masa kamu gatau apa yang aku maksud. Masa kalah sama mahasiswa arsitektur" Ucapnya meledekku.

" Iya Gio cerewet, aku tau kok maksudnya kanker bisa karena faktor genetik kan? " 

"Nah gitu, itu baru mahasiswi kedokteran"

          Gio menceritakan kepada ku awal mula kanker sampai hal-hal yang tidak aku ketahui sama sekali. Aku bingung mengapa dia bisa tau tentang kanker.

         Hari berikutnya, Gio mengajakku ketempat yang lagi-lagi aneh, aku bahkan tak berfikir untuk pergi ketempat seperti ini. 

" Gio, ngapain kamu ngajak aku ke sini? Kita kan gak mau olahraga Gio."

" Iya memang kita ga mau olahraga, tapi kita mau penelitian kanker kan?"

" Trus apa hubunganya GOR sama kanker?"

" Ahh Rania Aliya Rezfia  , masa kamu ga ngerti juga, masa harus aku kasih tau dulu sih pesek" Katanya sambil memencet hidungku.

" Aww, Gio mah gitu orangnya. Aku ga tau ihh. " kataku sambil mencubit lengan Gio

" Hidih sakit tau, cari tau sendiri aja ahh. Bentar ya aku mau futsal dulu " katanya sambil meringis lalu berlari menuju lapangan futsal.

" Gio tungguin aku kenapa " kataku sambil mengejarnya

          Dari dulu memang Gio sangat menggemari olahraga yang satu ini, kalo Gio sudah main futsal, pasti lupa sama apapun termasuk aku. Gio main futsal dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore. Mungkin dia lupa tadi dia mengajakku kesini.

 " Ahh Gio lama banget sih. " gumamku dalam hati. Daritadi memang aku menunggu dia di kursi taman GOR. 

" Ya Allah, tadi aku ajak Rania kesini, tapi aku malah main futsal. Sekarang Rania dimana ya? " batin Gio yang baru ingat bahwa ia mengajakku. Lalu ia bergegas mencariku.

" Rania " ucapnya sambil menepuk bahuku.

" Gio kamu lama banget sih, aku hampir aja tidur nungguin kamu disini" ucapku mengeluh

" Rania maaf banget ya, aku keasikan futsal, sampe lupa sama kamu. Kamu pasti cape ya nungguin aku? Kita pulang yuk, aku anterin kamu pulang. " 

" Ahh sudah kuduga, iya gapapa. Yuk pulang yuk aku ngantuk nih "

         Hari berikutnya, Gio mengajakku ke Pasar. Lagi-lagi tempat aneh, Gio memang orang yang unik. Dia melakukan hal-hal yang aneh untuk menyampaikan suatu hal.

 " Rania kamu tau ga kenapa aku ngajak kamu kesini? " tanya Gio 

" Hmm aku tau pasti kamu mau ngajak aku belanja kan? Beli sayuran sama daging? " 

" Aih bukan ran, ini ada hubunganya sama kanker. Salah satu penyebab kanker adalah pola makan yang tidak sehat, nah disini banyak makanan-makanan yang tidak sehat, aku ngajak kamu kesini buat meneliti makanan itu. "

           Akhirnya aku dan Gio berkeliling pasar, kami meneliti makanan yang ada di pasar. Ternyata di Indonesia banyak sekali makanan yang tidak sehat. Setelah lama berkeliling akhirnya kami pulang.

           Hari keempat Gio mengajakku ketempat yang lumayan logis dengan penelitian kanker yang aku lakukan, Gio mengajakku pergi ke Rumah Kanker. Disini aku mengetahui banyak fakta dan fiksi tentang kanker, dari yang tidak aku pelajari di kampus sampai yang sama sekali tak terduga. Hari ini kami menghabiskan waktu bersama orang-orang yang mengidap kanker. Mereka mengidap berbagai macam kanker. Setelah mengunjungi rumah kanker lagi lagi Gio mengajak pergi ke tempat yang aneh. 

" Sebelum kamu tanya kenapa aku ngajak kamu kesini, aku mau bilang dulu biar kamu ga tanya-tanya. Aku ngajak kamu kesini karena disini banyak hewan. "

" Iya emang disini banyak hewan, trus apa hubungannya? "
 
" Hhmm, kamu tau kan kanker bisa menyerang hewan? "

" Iya, trus? "

" Kanker pada hewan biasanya terjadi pada anjing dan kucing, ya ciri-cirinya hampir mirip dengan manusia."

          Gio bercerita panjang lebar tentang kanker pada hewan, ternyata pengetahuan nya lebih luas dibanding aku. Akhirnya kami pulang, aku begitu senang karena laporan penelitianku hampir selesai. 

" Yes, tinggal kesimpulan. Akhirnyaaa. " 

           Keesokan harinya, pagi-pagi buta Gio sudah menjemputku, entah kami mau pergi kemana lagi. Mungkin pergi ke tempat aneh lagi. 

" Assalamualaikum Rania, ayo kita berangkat"

" Ih Gi, kenapa kamu jemputnya pagi an sih aku baru aja bangun, sholat subuh aja belum udah mau pergi aja. "
" Hehe pengin aja, yaudah ayo sholat subuh jamaah aku juga belum sholat "

 Setelah selesai sholat aku langsung bergegas bersiap-siap untuk pergi.
" Kami pamit ya tante, " ucap Gio berpamitan pada Ibuku.

" Iya hati-hati ya nak, pulang jangan kemaleman ya. Gio, tante titip Rania " 

" Iya tante siap, Assalamualaikum. "

" Walaikumsalam"

       Kami berangkat dari rumah pukul 7 pagi, jarak rumah dan tempat tujuan Gio lumayan jauh.
" Gio kapan sampenya? Ini udah 3 jam lho. "
" Iya bentar lagi, sabar dong. "

" Iya deh." 


 Akhirnya kami sampai disebuah kuburan, entah apa yang mau Gio lakukan disini.

" Rania, ini tempat terakhir tour kita, "

" Gio, maksudnya apa ini? "

" Setiap orang yang mempunyai kanker beranggapan bahwa hidupnya akan berakhir disini, banyak orang beranggapan bahwa kanker tidak bisa atau mustahil disembuhkan. Banyak yang harus dikorbankan waktu, pikiran , tenaga . Bahkan banyak orang yang pesimis terhadap kanker yang diidapnya. Tidak semua kanker tidak dapat disembuhkan, hanya manusia yang berfikir seperti itu. "

           Gio menceritakan maksud dari perjalanan 5 hari yang kami lakukan. Akhirnya laporan penelitianku telah usai, sebentar lagi aku akan kembali ke Jepang untuk menyelesaikan tugas akhir penelitian ini. 

" Pokokknya kalo penelitiannya berhasil kamu harus nepatin janji kamu ya Rania, "

" Siap, Gio aku berangkat dulu ya. Doain semoga aku berhasil dan cepet kembali kesini. "

" Iya selalu Ran, aku bakal kangen kamu"

" Aku juga, sudah ya Assalamualaikum"

" Walaikumsalam."

             Setelah kembali ke Jepang, aku menjalani rutinitas ku sehari-hari. Hari ini adalah hari penentuan apakah aku berhasil atau tidak. Aku hanya berharap tugas ini berhasil dan aku bisa segera kembali ke Indonesia.
            Setelah presentasi tugas penelitian, aku tinggal menunggu pengumuman apakah aku lulus ataupun tidak. Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan. Aku takut aku tak berhasil, aku takut harus mengulang 1 tahun lagi dan berarti memperpanjang waktuku di Jepang. 

" Alhamdulillah Ya Allah, aku lulus" ucapku girang setelah menerima pemberitahuan bahwa aku dinyatakan lulus.
        Setelah dinyatakan lulus aku segera   mempersiapkan kepulangan ke Indonesia, aku belum memberitahu siapapun bahwa aku lulus. Sesampainya di Indonesia aku langsung menuju rumah, dan memberitahukan semua kepada keluargaku. 

 Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi.
" Kenapa nomer Gio ga aktif ya? Dia  kemana ya? " 

         Memang setelah seminggu aku kembali ke Indonesia, Gio belum pernah menemuiku lagi, bahkan nomer telponnya tidak pernah aktif, Sudah beberapa kali aku kerumah nya dia juga tidak ada dirumah. Akhirnya aku berinisiatif untuk menelpon kakak Gio mungkin dia tau keberadaan Gio sekarang.

" Assalamualaikum,"
 
" Walaikumsalam, ini siapa ya? "

" Ini Rania temannya Gio kak, kak Gio dimana ya sudah beberapa hari ini dia susah dihubungi, sudah beberapa hari saya ke rumah tapi Gio nya tidak ada. "

" Oh kamu Rania ya, Gio ada kok, besok kesini aja, nanti saya smsin alamatnya. "

" Oh iya makasih ya kak. Wassalamualaikum "

" Walaikumsalam "

           Keesokkan harinya aku langsung menuju alamat yang diberikan Kak Rio, jarak rumah ku dengan yang ada di alamat memang lumayan jauh. Sekitar 2 jam aku menempuh perjalanan akhirnya aku sampai di sebuah rumah.

" Assalamualaikum, "

" Walaikumsalam, oh kamu Rania ya? Ayo masuk. " ucap Ibu Gio yang mempersilahkan aku masuk.

" Iya tante, "

" Ayo duduk, mau minum apa Rania? "

" Ga usah repot-repot tante, saya kesini cuma mau ketemu Gio kok tante. "

" Iya, tapi sebentar ya tante ambilkan minum dulu. " 

" Ini minumnya, silahkan diminum Rania. "

" Iya makasih tante. "

" Sebenarnya Gio sedang drop, dia punya penyakit Leukimia nak " ucap tante Lirna yang seketika membuat aku memecahkan gelas minuman.

" Ka Ka Kanker tante? Sejak kapan tante kenapa Gio ga pernah cerita? " ucapku dengan mata berkaca-kaca.

" Sudah lama, ayo tante antarkan ke kamar Gio. " ucap tante Lirna sambil mengantarkan aku ke kamar Gio.

Tokk tokk tokk.....

" Gio, buka pintunya nak" 

" Gio udah bilang Gio nggak laper mah, "

" Gio ada yang mau ketemu sama kamu nak "

 Akhirnya Gio membuka pintu kamarnya.
" Gio " ucapku lirih dengan mata berkaca-kaca

" Ran Rania, ngapain kamu disini, pergi aku ga mau ngliat kamu, pergi dari sini ! "

" Gio aku kesini cuma mau liat keadaan kamu, aku khawatir sama kamu "

" Pergi Rania, aku ga mau ngliat kamu! pergiiii " Seru Gio.

" Gio, " ucapku sambil menahan air mata.

Tiba-tiba Gio pingsan, kami segera membawanya ke rumah sakit.
" Rania, " ucapnya lirih

" Iya Gio, akhirnya kamu sadar juga"

" Ngapain kamu disini?"

" Gio kenapa kamu ga pernah bilang tentang ini Gio, kenapa kamu ga pernah jujur " Ucapku sambil meneteskan airmata

" Aku cuma ga mau bikin kamu kasian sama aku. "

" Gio kamu jahat, kamu ga pernah jujur sama aku. Kenapa kamu ga mau cerita sama aku? Aku orang yang ga penting buat kamu kan? Lebih baik aku pergi dari sini" Ucapku sambil menangis, saat aku ingin pergi tiba-tiba Gio memegang tanganku.

" Rania, tunggu. Aku lakuin ini karena aku cinta dan sayang sama kamu, aku ga mau bikin kamu kasian sama aku, aku sadar aku cuma orang yang penyakitan, makanya aku ngilang gitu aja, aku tau kamu lulus, aku tau kamu berhasil, aku berfikir dengan aku menghilang kamu tak akan mencari aku lagi, Maaf Rania. " ucap Gio sambil meneteskan air mata.

" Tapi caranya bukan begini Gio, kamu udah bohongi aku, kamu jahat udah bikin aku cemas, aku khawatir, kamu jahat udah bikin aku ga bisa tidur Gio "

" Rania, tapi aku cuma laki-laki yang penyakitan, kamu pantas dapat yang lebih baik daripada aku. Aku memang cinta sama kamu tapi aku ingin kamu bahagia Rania, kebahagiaan kamu bukan aku. "
" Aku ga peduli Gio, aku sayang sama kamu. "

" Sebenernya janji yang harus kamu tepatin ada di buku ini " ucapnya sambil menyodorkan sebuah scrapbook.

          Didalam scrapbook itu terdapat foto Gio dan aku dari mulai kita awal bertemu , banyak tulisan Gio yang menceritakan tentang aku. Dari mulai kita awal berkenalan hingga sampai saat ini. Aku menangis terharu membaca semua tulisan Gio.

" Coba kamu buka halaman terakhir, kamu harus janji jawab pertanyaan itu !" 

       WILL YOU MARRY ME tulisan dihalaman terakhir scrapbook itu yang seketika membuat aku menangis. Aku terharu, aku tak menyangka janji yang harus aku tepati kepada Gio adalah aku harus menjawab pertanyaan ini.

" Pertanyaan macam apa ini? " 

" Jawab dong, kamu udah janji jawab lho. "

" Hmmmmm... yes i will " ucapku sambil berkaca-kaca.

          Akhirnya kami menikah, Gio percaya bahwa aku adalah jodohnya dia rela menunggu aku selama 12 tahun, dan akhirnya Allah mempertemukan kami lagi dengan keadaan berbeda.

" Aku bahagia banget, ternyata penantian aku selama 12 tahun tidak sia-sia. Akhirnya Allah memang telah menggariskan kamu sebagai jodohku. " Ucap Gio.

Beberapa tahun kemudian.

"Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenang 
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
an pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada. selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku, selamat jalan sayang ku Rafa Zain Gionino."

Komentar