APA
ITU SINTREN ?
Disalah
satu kecamatan dikabupaten Brebes terdapat sebuah desa kecil disebelah selatan
kabupaten Brebes.Desa itu tak begitu besar dan agak sulit dicapai.Masyarakat
desa itu hidup sederhana,bahkan ada yang hidup sangat jauh dari kata
layak.Mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani bawang merah
karena lahan didesa itu cukup subur.Didesa itu hidup sebuah keluarga yang
sangat disegani dan dihormati didesa itu. Keluarga pak Tono memang sangat
disegani dan dihormati didesa itu,bukan karena pak Tono adalah seorang Kepala
Desa tapi karena keluarga Pak Tono memang keluarga yang harmonis dan
ramah.Istri pak Tono bernama bu Wati,bu Wati adalah figur istri idola yang
diidolakan masyarakat desa karena ketaatannya kepada Tuhan dan Suami.Dari
pernikahannya selama 15 tahun,pak Tono dikaruniahi 2 orang anak.Anak sulung pak
Tono bernama Siti Anisah biasanya dipanggil Nisa ,anak kedua Pak tono bernama
Suwato biasanya dipanggil Wato.
Pagi
itu,pagi yang sangat cerah.Matahari bersinar terang ,bunga-bunga bermekaran,burung-burung
berkicau riang.Seperti biasanya sejak pagi-pagi buta masyarakat desa sudah
mulai menjalankan aktivitasnya masing-masing.Tak terkecuali keluarga pak
Tono,seperti biasanya sudah sejak pagi-pagi buta Pak tono,Bu wati,Nisa,dan Wato
menjalankan aktvitasnya.Pak tono bersiap-siap berangkat dinas , Bu wati
menyiapkan sarapan ,Nisa dan Wato bersiap-siap berangkat sekolah.
“Pak,Sa,To,ayo
sini sarapannya sudah siap ”.Triak Bu wati yang sudah selesai menyiapkan
sarapan.
Beberapa
saat kemudian Pak tono,Nisa,Wato menghampiri Bu wati dimeja makan.Nisa memang
sudah terbiasa bersiap-siap sejak pagi buta,maklumlah sekolah Nisa sangat jauh
dari desanya. Sebelumnya Pak tono merekomendasikan Nisa untuk bersekolah
didesanya,tapi Nisa menolak dan lebih memilih sekolah dikota yang jauh dari
desanya.Setiap harinya Nisa harus menempuh perjalanan selama 1 jam untuk sampai
disekolah.
Sesampainya disekolah Nisa.
“Hii...saa”.Sapa kedua cewe kepada Nisa yang
sedang berjalan dikoridor sekolah.
“Hii juga,Din,Mel”.Jawab Nisa sambil
melemparkan senyuman kepada kedua sahabatnya itu.
“Saa,kamu tau gak,lusa sekolah mau
ngadain lomba kesenian lho?kamu mau ikut gak?kan setahu aku didesa kamu
terkenal dengan keseniannya saa,tuh ada selebarannya lho,mau liat gak?ayo aku
tunjukin”.Kata Melfi sambil menujukan sebuah selebaran yang tertempel dimading
sekolah.
“Ihhh...apaan sih lomba kaya gitu , gak
mutu banget mending ada lomba dance atau apa kek.jangan lomba kaya gitu terlalu
nora kayaknya,!” Bentak Nisa yang lalu berjalan meninggalkan Dinda dan Melfi.
Nisa
memang berbeda dengan kedua orang tuanya ia memang anak yang sombong,angkuh dan
tak menghargai kesenian tradisional walaupun desa yang Nisa tinggali terkenal
dengan kesenian tradisionalnya.Mungkin dia sudah terpengaruh oleh budaya asing
yang sudah masuk ke Indonesia.
Seperti
biasanya setiap malam minggu didesa yang tinggali Nisa diadakan pentas kesenian
tradisional.Warga-warga sangat antusias menonton kesenian tersebut,tak
terkecuali keluarga Pak Tono.Maklum saja suka atau tidak suka Pak tono kan
adalah seorang kepala desa,jadi ia harus datang.
“Bu,Nis,To,ayo cepetan berangkat kita
udah ditunggu”.Triak Pak Tono.
“Iya pak sebentar ini juga lagi
siap-siap”.Jawab Bu Wati.
Tiba-tiba
Nisa menghampiri Pak tono dan mengatakan bahwa dia tidak ingin ikut menonton
pentas seni tersebut.
“Pak,Nisa gak ikut nonton ya pak?”.Ucap
Nisa memohon pada Pak tono.
“Loh kenapa saa?bagus loh,!”.Jawab Pak
tono.
“Nisa ada tugas pak,!”.Katanya memberi
alasan.
“Ya udah sa,bapak,ibu,sama Wato
berangkat dulu,Assalamualaikum,”.Ucap Pak tono sambil meninggalkan Nisa
sendirian.
Sebenarnya Nisa tidak ada tugas,dia hanya
alasan agar tidak ikut . Nisa lebih memilih sendirian dirumah daripada menonton
pentas seni.Sementara itu pentas seni berjalan lancar.Setiap malam minggu
didesa itu seakan-akan menjadi pesta rakyat,masyarakat tumpah ruah dibalai
desa.Ada yang menonton pentas seni,ada yang berjualan,ada yang
bercengkrama,semua lapisan masyarakat berbaur.Tua muda,kaya miskin,pria wanita
berbaur tanpa adanya perbedaan kasta,bahkan para pejabat kabupaten banyak yang
datang.Acara dibuka dengan tarian tradisional
yang
berasal dari kabupaten Brebes yaitu Tari Topeng Si Nok,lalu disambung dengan
seni teater dan pertunjukan seni lainnya.Semua warga bergembira,termasuk
keluarga Pak tono ,Pentas seni itu menjadi icon desa yang dikepalai Pak tono
tersebut.
Seperti biasanya sejak pagi-pagi buta Nisa
sudah bersiap-siap berangkat kesekolah.Seperti yang dikatakan oleh Dinda dan
Melfi sekolah Nisa mengadakan Lomba Kesenian Tradisional,dan hari ini hari
lomba itu diselenggarakan.Hampir semua siswa berpartisipasi dalam lomba
tersebut,aa yang mengikuti,ada yang menyaksikan,dan ada yang menjadi
panitianya.Mereka sangat antusias mengikuti lomba tersebut.Sekolah Nisa
mengadakan lomba tersebut tujuannya agar para pelajar lebih mengenal kesenian
tradisional daerahnya dan dapat melestarikannya sebagai perwujudan cinta kepada
tanah air Indonesia.Berbagai kesenian tampil dari yang biasanya dipentaskan
maupun yang jarang dipentaskan mulai dari Tari daerah,Drama
kebudayaan,Permainan alat musik tradisional dan kesenian lainnya.
“Nissaaaa...!”.Sapa seorang cewe yang
berlari mengejar Nisa.
“Iya,ada apa?”.Jawab Nisa sambil
memalingkan wajahnya kearah cewe tersebut.
“Nis,kamu kok gak ikut lomba kesenian
tradisional itu?”.Tanya Dinda sahabat Nisa.
“Enggak din,males iku-ikutan lomba kaya
gitu!”.Jawabnya ketus.
“Lho kenapa?bukannya desa kamu itu desa
seni?kemarin aja desa kamu masuk koran kan?”.sambung Dinda,
“Masuk koran?Kenapa kok bisa masuk
koran?apa ada tindak kriminal din?”.Tanya nisa yang agak akaget dengan ucapan
Dinda tadi.
“Iyyahhh,masa kamu ga tau sihh?karna
pentas seninya yang mendunia itu lho,heehehe”.Jawab Dinda sahabat Nisa
tersebut.
“Pentas seni yang mana?kemarin?”.Sambung
Nisa.
“Yaiyalah “.Jawab Dinda.
“Heyyy...Din,Nis “.Sapa seorang cewe
yang secara spontan mengagetkan Nisa dan Dinda.
“Ohh kamu toh Mel,bikin kaget aja nih
kamu”.Ucap Dinda yang ½ kaget dengan kedatangan Melfi.
“Hehehehe,Lagi ngomongin apa sih?,serius
banget nih?ikutan dong”.Kata Melfi sahabat mereka berdua.
“Ihh mau tau apa mau tau banget?”.Ledek
Nisa sambil tersenyum kecil.
“Yaudah dech kalo ga boleh”.Ucap Melfi.
“Hahahaha ceritanya ngambek nih
ye?,”.Ledek Nisa dan Dinda sahabatnya itu.
“Enggak ko,!”.Sambung Melfi.
“Gini lho Mel,tadi kamu baca koran
gak?”.Tanya Dinda
“Enggak kenapa Din,?”.Tanya Melfi
kemudian.
“Tadi kan aku baca koran,desanya si Nisa
bwel ini masuk koran,tapi dia ga percaya!”.Jawab Dinda kemudian.
“Tapi kata ayahku sih iya!”. Sambung
Melfi.
“Tuh kan Nis benerkan?”.Tanya Dinda pada
Nisa
“Iyaa iyaa percaya”.Jawab Nisa yang
sudah mulai percaya dengan apa yang diucapkan kedua sahabatnya tersebut.
Ternyata
benar desa tempat Nisa tinggal masuk koran,karena sudah tersohornya pentas seni
itu.Sementara Nisa,Dinda,dan Melfi sedang berbincang-bincang.Di kantor kepala
desa Pak tono sedang heboh dengan berita tersebut.Mereka senang desanya bisa
dikenal banyak orang lewat koran tersebut.Sementara itu lomba disekolah Nisa
pun dimulai
“Ayo ke aula yuk,Nisa Dinda,!”.Ajak Melfi.
“yok,nis kamu mau ikut ga?”.Tanya Dinda.
“nggak lah,males,mau dikelas aja!”.Jawabnya.
“Ohh yaudah duluan yah nis,bye”.Ucap
kedua sahabat Nisa sambil meninggalkan nisa dikoridor sekolah.
“Bye...”.Jawab Nisa sambil melambaikan
tangannya.
Lomba
disekolah Nisa diikuti oleh 15 peserta keseniannya pun beragam ada yang
tarian,nyanyian,musik,drama,dll.Peserta demi peserta pun tampil dan tiba
akhirnya pada saat pengumuman,Dan akhirnya lomba pun selesai.
Teng....teng....teng
Bel
pulang pun berbunyi,semua siswa berhamburan keluar tak terkecuali
Nisa,Dinda,dan Melfi .
Mereka
selalu pulang sekolah bersama-sama sampai kegerbang sekolah.
“Oiya Nis aku mau nanya boleh ga?”.Tanya
Dinda sebelum mereka dijemput pulang.
“Boleh Din,nanya apa?”.Jawab Nisa
“Aku mau nanya,Sintren itu apa sih?desa
kamu kan terkenal dengan Sintrennya”.Sambung Dinda.
“Kok kamu nanyanya kaya gitu
sih?”.Katanya.
“Kan katanya dikoran itu desa kamu
terkenal keseniannya apalagi sintren!”.Ucap Dinda selanjutnya.
“Aku juga ga tau juga sihh,udah dulu yahh
aku dah dijemput tuh,bye”.Ucap Nisa samil meninggalkan sahabatnya didekat
gerbang sekolah.
“Bye”.Ucap Dinda sembari melambaikan
tangan kearah Nisa.
Sore hari dirumah Pak tono,terlihat
keluarga pak tono yang sedang duduk diteras rumah.Menurut tetangga sekitar,keluarga
pak tono adalah figur keluarga idola yang harmons.Hidup keluarga Pak tono
tentram dan damai hampir tak pernah terdengar cekcok mulut dikeluarga mereka.Nisa
masih penasaran dengan apa yang dikatakan Dinda disekolah tadi ia tak tau apa
itu sintren , padahal Sintren adalah salah satu kesenian daerah yang terkenal
dikabupaten Brebes.Untuk memecahkan rasa penasarannya ia bertanya pada bapaknya
“Pak,nisa mau tanya boleh tidak
pak?”.Tanya Nisa dengan wajah yang manis.
“Loh
ada apa Nis,kok tiba-tiba tanya kaya gitu ?”.Jawab Pak tono yang agak heran
dengan pertanyaan Nisa.
“Enggak
kok Pak,Nisa pengin tau aja pak”.Sambung Nisa.
“Ohh
gitu ya,sintren itu kesenian daerah khas Brebes , Khususnya didesa ini.”Jawab
Pak tono.
“Sintren
itu seperti apa sih pak?”.Tanya Nisa penasaran.
“Selama
pertunjukan sintern didampingi oleh kemlandang atau biasanya seorang wanita
yang sudah pernah berumah tangga dan yang dapat membaca mantra-mantra.Selain
kemlandang sintren juga didampingi oleh bodor yang mendampingi sintren
menar,bodor harus bisa melucu agar penonton tidak jemu.Pertunjukan sintren juga
memerlukan penyanyi,alat musik dan penabuhnya ”.Jawab Pak Tono.
“Penarinya
itu apa yang harus perawan pak?”.Tanya Nisa yang masih penasaran.
“Ya
iya,Penari sintren itu harus perawan,”.Jawabnya
“Alat-alatnya
apa saja pak?”.Tanya Nisa.
“Alat
alat yang dipakai biasanya Pedupaan yang dipakai oleh sintren dibuat dari tanah
liat yang dibakar sebelumnya ,alat ini digunakan untuk mendupa atau memanggil
peri dan apabila akan dipakai didalamnya diisi arang yang membara.Kurungan juga
diperlukan untuk mengurungi si sintren itu Nis,ada juga mok untuk tempat uang
yang diberi oleh penonton,alat-alat bersolek beserta pakaiannya.”.Jawab pak
tono panjang lebar
“Lalu
bagaimana berjalannya pertunjukan itu pak?”.Tanya Nisa kemudian.
“Setelah
kemlandang melakukan ngasrep atau makan minum serba tawar,calon sintren
mempersiapkan diri dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pertujukan
disiapkan pula,antara lain:Kurungn,Alat musik,Pedupaan,Mok dll.”Jawabnya
“Lalu
sesudah itu bagaimana pak?”Sambung Nisa.
“Lalu
si calon sintren itu duduk bersila dan angannya diikat dengan mendekapi pakaian
untuk ganti,kepalanya ditundukan kebawah kemudian kemlandang menutupinya dengan
kurungan.Pedupaan diambilnya ,dibacakan mantra sambil menaburi pedupaan dengan
dupa atau kemenyan itu bertujuan untuk memanggil peri untuk memasuki
sintren.Selain Pendupaan,Kemlandang pun mengambil sesaji,sintren yang berada
didalam kurungan itu tiba-tiba keluar dengan pakaian yang berbeda dan menyolok
dengan memakai kacamata hitam padahal tangannya diikat dengan
tali.Kemudian Sintren berdiri dan mulai
menari dengan diiringi lagu jawa.Sementara itu kemlandang memasukan slendang
kedalam kurungan dan melakukan sama dengan apa yang dilakukan pada sintren tadi
tapi mantranya berbeda.Tak lama kurungan dibuka dan keluarlah bodor dengan
dandanan yang sederhana,lalu bodorpun berdiri dan menari bersama sintren,masih
banyak lagi bapak tidak bisa menjelaskannya,Nisa harus melihat sendiri”.Jawabnya.
“Ya
sudah makasih pak sudah menjelaskannya pada Nisa,nisa masuk dulu ya pak”.Kata
Nisa dengan tersenyum
Sintren memanglah suatu bentuk
kesenian yang berbau mistik tapi karena pertunjukannya yang mistik itu
banyak menarik minat penonton untuk menyaksikannya.Tapi sekarang kesenian
sintren sudah mulai tergeser dengan kesenian asing.Maka dari itu desa yang
ditempati Nisa sangat tersohor karena desa tersebut masih melestarikan kesenian
sintren.Asik-asiknya berbincang tiba-tiba ada seseorang datang.
“Assalamualaikum pak kades”.Triak seseorang dari kejauhan.
“Walaikum
salam”.Jawab Pak tono.
“Pak,pak
kades ada yang gawat!”.Ucap seseorang itu pada Pak tono.
“Gawat
apanya?”.Tanya Pak tono.
“Gini
pak Kades Dinas Kebudayaan kabupaten mau kesini,katanya mereka mau menyaksikan
kesenian sintren pak!”Ucapnya.
“Lah
lalu kenapa?”.Sahut Pak Tono.
“Masalahnya
ini pak si calon sintren tidak ada si Qori yang biasa jadi sintren itu sedang
mengadu nasi ke kota pak,sedangkan di desa kita perawan yang mau menjadi
sintren tidak ada pak kades”.Ucap Pak Tori menjelaskan.
“Bagaimana
kalo anak saya si Nisa”.Ucap pak Tono memberi saran.
“Ya
sudah tidak apa pak kalo si Nisa mau”.Ucapnya.
“Nissaa....Nis
sini nis,”.Triak Pak tono.
“Iya
pak,ada apa?”.Tanyanya.
“Gini
nis kamu mau tidak jadi sintren?”.Tanya pak Tono pada anak sulungnya itu.
“Tidak
pak Nisa tidak mau”.Jawab Nisa secara spontan setelah mendengar pertanyaan Pak
tono tadi.
“Kenapa
Nis,ini demi desa kamu ini Nis,!”.Ucap Pak tono yang sedikit geram dengan
jawaban Nisa tadi.
“Pokoknya
Nisa tidak mau Pak,!”Ucap Nisa dengan nada tinggi.
“Lohh
kamu ini!Kenapa kamu tidak mau?Apa kamu tidak perawan lagi?”.Bentak Pak tono
yang baru kali ini membentak anaknya.
“Tidakkk
pakk..!”Ucap Nisa dengan menangis.
“Lohh
lohh ada apa ini Nis,Pak?”Tanya Bu Wati yang sedikit kaget karena sebelumnya
keluarganya tak pernah begini.
“Tanya
itu sama anak kamu!”.Bentak Pak tono yang semakn menjadi.
“Nis
kenapa sayang ? kok kamu nangis?”.Tanya Bu wati pada anaknya namun Nisa hanya
diam dan menangis.
“Sekarang
kamu mau tidak?kamu masih mau dianggap anak bapak?ya kamu harus mau dong!ini
demi desa kita nis,bukan karena keinginan bapak!”.Bentak Pak tono yang semakin
menjadi.
“Nis,kamu
kenapa sayang?tidak biasanya kamu menolak kenginan bapak.Sudahlah sayang ikuti
saja yang bapak mau sayang”.Ucap Bu wati pada Nisa.
“Iya
pak saya mau!”.Ucap Nisa yang secara spontan menghentikan tangisannya.
“Ya
sudah ayo ikut bapak,!”.Ajak Pak tono pda anak sulungnya itu.
Akhirnya
Nisa pun mau mengikuti keinginan bapaknya,Dan mulai sekarang ia sudah bisa
menghargai dan melestarikan kesenian khas kabupatennya itu.Sekarang ia lebih
mencintai Kesenian dan Kebudayaan Tanah air Indonesia berkat Sintren.
Karya : Regata Ringga Hanessa Putry
Komentar
Posting Komentar